Selasa, 02 Agustus 2011

Kanit Polsek Saribu Dolok Gantung Diri




Senin, 01 Agustus 2011
Putri Korban Menjerit Histeris, Polisi Gempar
Bripka Sahat Parasihan Asi Padang (50) tewas tergantung di rumahnya, Sabtu (30/7) pukul 22.00 WIB. Kepala Unit Shabara Polsek Saribu Dolok Simalungun ini menjerat lehernya dengan kain horden. Diduga korban mengakhiri hidup akibat istrinya satu minggu tak pulang ke rumah.
Cerita yang dikumpulkan koran ini dari Debby Demonik Padang (14) putri bungsu korban, malam Debby bersama ayahnya Cuma berdua di rumahnya di Perumahan Polisi Jalan Besar Saribudolok, Kelurahan Saribudolok, Kec Silimakuta, Simalungun.
Sekitar pukul 20.00 WIB, Debby siswi kelas I SMP ini permisi kepada ayahnya hendak menonton pasar malam yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah mereka. Saat Debby meninggalkan ayahnya, pintu rumah semi permanen warna kuning itu dalam keadaan terbuka. Ayahnya duduk duduk di ruang tamu.
Sekira dua jam di pasar malam, Debby pulang ke rumah. Tapi dia mendapati rumah berukuran 4 x 20 meter itu terkunci,  kaca jendela tertutup dilapisi horden warna hijau. Debby pun memanggil-manggil ayah, ibu, dan abangnya. Debby mengira ibu dan abangnya sudah pulang ke rumah. Tapi, la,a memanggil, tak satu pun menyahut.
Tak juga ada sahutan Debby membuka kaca nako agar bisa masuk ke dalam rumah. Tanpa kesulitan Debby berhasil masuk, tapi dia terkejut melihat ayahnya tergantung di depan kamar, sudah tidak bernyawa. Debby pun menjerit minta tolong sehingga mengundang perhatian tetangga yang memang keluarga besar polisi. Begitu sejumlah polisi yang berada di Polsek Saribu Dolok yang hanya berjarak sekitar 3 meter dari rumah korban, gempar dan berhamburan ke rumah korban.
“Saya mengetahui kejadian itu karena Debby menjerit dan nangis-nangis. Dia bilang ayah! Ayah! Dia sangat histeris. Lalu saya suruh Debby membuka pintu. Saya masuk ke dalam. Korban masih tergantung di pintu kamarnya,” terang A boru Silalahi, tetangga korban.
Masih kata boru Silalahi, jasad korban diturunkan anggota polisi sudah tidak bernyawa. Selanjutnya jasad korban dievakuasi ke Rumah Sakit Bethesda Saribudolok. Tak berapa lama dibawa lagi ke Rumah Sakit Adam Malik Medan untuk keperluan otopsi. Jasad korban dibawa ke Medan karena keluarga besarnya tinggal di Pancur Batu. Dan rencananya akan dikuburkan di Pancur Batu. (osi/leo)
Istri Menghilang!
Menurut informasi yang dikumpulkan koran ini dari warga di rumah duka, sepuluh hari sebelumnya korban bertengkar mulut dengan istrinya, Juniar br Siahaan yang diketahui tak pulang ke rumah selama seminggu. Dan menurut warga, si istri menginap di salah satu hotel di Kaban Jahe. Anehnya, di hari kematian korban, si istri tak diketahui keberadaannya padahal sudah dikabari soal kematian suaminya.
Dijelaskan sejumlah tetangga, korban dikenal pendiam. Dan selama belasan tahun korban bertugas di Polsek Saribudolok, belum pernah korban membuat sakit hati teman-temannya atau pun tetangganya. Seperti dikatakan tetangganya A Silalahi, korban sehari-harinya hanya menjalankan tugasnya sesuai prosedur. Sepulang kerja, korban langsung ke rumah.
“Kalau kami sapa, korban selalu menjawab sopan tapi tak banyak bicara. Sepengetahuan kami korban itu orangnya tertutup tapi bawaannya selalu santai. Perwajahannya pun tidak pernah menunjukkan seperti orang punya masalah. Soalnya wajahnya selalu gembira,” ungkap boru Silalahi.
Lebih lanjut Silalahi menerangkan, Sabtu pagi, istrinya Juniar Siahaan sudah meninggalkan rumah dan belum pulang sampai suaminya ditemukan tewas. Bahkan sampai jasad suaminya dibawa ke Medan oleh pihak keluarga laki-laki, istrinya juga tak kunjung pulang ke rumah.
“Biasanya asal saya SMS istrinya, pasti ditelepon balik. Tapi saat ini saya SMS tidak dibalas. Parahnya lagi, yang tidak pernah mengalihkan telepon, saya heran kenapa dialihkan. Kalau katanya istrinya selingkuh, saya tidak mengetahui kejadian itu. Yang pasti selama kami bertetangga, saya tidak pernah mendengar mereka yang suami istri bertengkar mulut,” ujar Silalahi.
Terpisah, Dedi Pratama Padang (19) anak kedua korban mengatakan, pertama mengetahui ayahnya meninggal dari salah seorang temannya yang datang ke Halte Taksi Saribu Dolok di Medan. Dedi memang bekerja sebagai sopir namun membawa mobil ayahnya.
“Saya tahu ayah meninggal dari teman yang datang ke tempat saya kerja,”
ujar Dedi yang sehari-hari membawa mobil jurusan Saribudolok-Medan.
Dedi juga mengaku, pagi hari sebelum dia meninggalkan rumah, ibunya pertama kali yang ke luar rumah untuk membuka jualan di pekan Saribudolok. Hitungan menit tepatnya pukul 8:00 WIB, Dedi keluar dari rumah membawa mobil yang hendak direntalkannya kepada kepala desa.
“Saya keluar rumah membawa mobil rental untuk diantarkan ke rumah kepala desa. Sejak mengantarkan mobil itu, saya belum pulang ke rumah. Tapi tadi pukul 22.00 WIB, saya dapat kabar ayah meninggal,” ujarnya.
Masih kata Dedi, saat dirinya hendak keluar dari rumah merasa gelisah. Tetapi rasa gelisah itu dianggapnya seperti biasa. Sehingga Dedi tak ada rasa firasat buruk lagi ketika meninggalkan ayahnya dan adiknya berdua di rumah.
“Saya tadinya sudah gelisah dari rumah. Tapi saya anggap rasa gelisah itu biasa, karena biasanya asal saya keluar rumah pasti gelisah. Jadi rasanya tidak ada firasat buruk. Ayah duduk di kursi ruang tamu. Sifatnya ayah sulit dibaca, karena orangnya pendiam. Informasi yang mengatakan ibu selingkuh itu bohong, karena setahu saya ibu tidak pernah selingkuh,” tegasnya.
Amatan METRO, sebelum jasad korban dibawa pukul 04:00 WIB ke RS Adam Malik Medan, pihak keluarga berusaha mencari keberadaan istri korban. Ketika si istri di SMS tidak memberikan jawaban, bahkan teleponnya diahlihkan. Kemudian pencarian dilanjutkan dengan membongkar kiosnya di Pekan Saribu Dolok. Warga beranggapan istrinya dalam warung. Namun tidak membuahkan hasil, setelah gembok kios dibongkar paksa.
Kapolsek Saribu Dolok AKP Marojahan Aruan saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kematian anggotanya. Sebagai barang bukti telah diamankan kain horden warna putih yang digunakan korban untuk gantung diri.
Katanya, paginya sebelum korban meninggal masih aktif masuk kantor. Bahkan di kantor korban masih santai duduk-duduk di penjagaan.
“Kami tidak ada menyangka anggota kami itu nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Anggota kita itu orangnya baik, dan tidak mau buat masalah, dan tidak lalai dalam pekerjaam. Orangnya sangat hati-hati kalau mengerjakan suatu perkerjaan,” ungkap Marojahan.